Jumat, 11 Februari 2011

seputih sayap nasicha (part 2)

2

Hujan rintik-rintik mengguyur kota Yogyakarta. Didalam sebuah kamar berukuran 2x3 m, seorang pria berdiri didepan jendela sambil mengamati rintik hujan. Hujan yang membawanya pada masa lalu. Hujan yang mengingatkannya pada kesalahannya dulu. Hujan yang pernah ia rasakan begitu manis bersama gadis yang pernah disakitinya 5 tahun lalu. Tapi aku bukanlah diriku yang dulu, bisiknya dalam hati. Aku akan mencarimu dan akan ku obati semua lukamu, aku akan memberimu semua yang kamu mau, sekarang aku sudah siap.

***

“ya pemirsa ketemu lagi dengan saya aditya dalam acara kepentok sama mantan, sekarang kita sudah berada di kota gudeg yogyakarta dan akan menemui klien kita yang katanya pengen nyari dan balikan lagi sama mantannya, dari pada kelamaan yuk mending langsung ke tempatnya aja” Ucap seorang lelaki bertubuh tegap yang mengatakan namanya aditya membuka sebuah acara reality show. Dengan mengendarai kijang dan diikuti satu kijang lainnya, mereka menyusuri jalanan kota yogyakarta yang masih segar disiram hujan.
Setelah perjalanan hamper setengah jam akhirnya mereka sampai di suatu rumah bercat krem yang didepannya terdapat pagar betuliskan No. 17.
“Assalamualaikum” teriak Aditya dari depan pagar. Tim kamera mulai mempersiapkan kameranya. Terlihat seorang laki-laki berbaju hijau dengan celana tiga permpat keluar dari dalam rumah tersebut. Melihat aditya laki-laki tersebut tersenyum segera membukakan pagar dan menyilahkan mereka masuk.
Aditya dan laki-laki tersebut duduk di kursi yang ada di teras. Aditya kembali membuka acaranya. “oh ya, kamu bisa ceritakan sedikit tentang kamu dan mantan kamu, terus bagaimana kalian kok bisa sampai putus sampai akhirnya kamu memutuskan umtuk balikan lagi sama mantan kamu”.
“sebenernya aku sudah lima tahun putus dari mantanku. Namanya Nasicha, panggilannya Icha. Kami putus emang gara-gara salahku, aku belum siap ketika dia mengajak aku untuk membawa hubungan ini lebih serius. Tapi sekarang aku sudah siap, makanya sekarang aku pengen nyari dia dan pengen balikan sama dia lagi” Terang laki-laki berkaus hijau tersebut.
“Terus sekarang pencarian kita dimulai dari mana?”
“Dulu kita sama-sama kuliah di Malang, dan terakhir kita ketemu kemudian putus itu di Malang, mungkin dia sekarang sudah lulus kuliah tapi setidaknya disana ada temen-temennya yang bisa kita mintai informasi”
“Oke pemirsa, sekarang saya, irzam dan tim akan memulai perjalanan mencari Icha dan kita akan menuju malang” Ucap Aditya menerangkan.
Lelaki yang disebut Irzam itu berdiri dan masuk ke dalam rumahnya. Tidak begitu lama dia keluar lagi dengan membawa tas ransel dan jaket hitam. Dalam rintiknya hujan mereka mulai menyusuri jalanan keluar kota Yogyakarta. Tak ada yang bisa dirasakan dan dilakukan Irzam, dia hanya bisa berdoa semoga semuanya tidak sia-sia dan dirinya tidak terlambat.
Sementara itu disudut kota Bandung, seorang wanita mengepaki barang-barang yang ada di kamar kosnya. Begitu banyak yang dia pikirkan, begitu banyak yang dia takutkan. Seseorang mengetuk pintu kamarnya dan dia membiarkannya masuk.
“Eh, calon pengantin kok mukanya masam gitu, kenapa jeng?” Tanya gadis yang baru masuk tersebut. Si empunya kamar hanya sanggup tertawa, tertawa manis yang di paksakan. “Masih kepikiran sama cowok masa lalu kamu yang nggak bertanggung jawab itu?Icha, cowok kayak gitu nggak sepatutnya kamu pikirin kayak gini, dia udah jelas-jelas ninggalin kamu, dan bisa jadi sekarang dia udah menikah dan punya istri” Gadis yang dipanggil Icha itu menghentikan pekerjaannya dan duduk bersandar di tempat tidurnya. Entah apa yang dia pikirkan tapi dia tidak sanggup berkata-kata. Seolah begitu dalam kenangan itu hingga membuatnya tak bisa bernafas. Dia tidak mungkin menghianati cintanya tapi dia juga tidak bisa terus menerus hidup dalam harapan yang tidak pasti. Entahlah, ini cinta atau kegilaan karena kata orang begitu mirip pola antara cinta dan kegilaan hingga kadang manusia salah mengartikan keduanya.
“Aku nggak tau sebaik dan sehebat apa laki-laki masa lalu kamu itu sampai-sampai kamu jadi gila gara-gara dia, tapi yang aku tau nizar orangnya baik dan aku pengen kamu dan nizar dapat yang terbaik”
“makanya itu mb nita, aku takut nyakiti mas nizar, karena mas nizar terlalu baik orangnya, aku takut mengecewakan mas nizar” ucap Icha dengan nada seakan hamper putus asa.
“yang harus kamu lakukan cha, kamu harus berusaha mencintai nizar dan berusaha menjadi istri baik, insyaallah nizar tidak akan pernah kecewa dengan keadaan kamu, bukankah justru dia yang tau semuanya tentang kamu?” Ucap mbak nita. Dia tau betul, gadis didepannya adalah orang yang baik dan tepat untuk adiknya, Nizar. Sungguh buta laki-laki yang sudah meninggalkannya tanpa perasaan. Padahal begitu dalam perasaan Icha kepadanya, tega sekali dia menyakiti Icha yang hatinya begitu lembut. Semoga pintu hati Icha terbuka, agar dia bisa melihat masih banyak harapan dan orang-orang yang mencintainya, agar ia tidak lagi terpuruk dalam kesakitannya.
“Doakan aku mbak, semoga aku bisa menjadi yang terbaik buat mas Nizar, keluarga mbak dan semuanya” kali ini ada sedikit senyuman di bibir Icha ketika mengucapkan kata tersebut. Mbak Nita menyahutinya dengan tersenyum juga dan memeluk Icha lembut. “hmm…satu minggu lagi aku akan menjadi wanita yang baru mbak, aku akan menjadi istri, gimana ya mbak rasanya?” lanjut Icha. Mbak Nita melepaskan pelukannya dan membelainya dengan penuh kasih sayang.
“Semuanya akan baik-baik saja dan aku yakin kamu bisa, tapi nanti bulan madunya jangan lama-lama ya?inget udah mau pekan ujian” Jawab mbak Nita.
Icha kembali mengepaki barang-barangnya di Bantu mbak Nita. Tidak berselang lama terdengar derum mobil. “Mungkin itu ayah, aku keluar dulu ya mbak?” Ucap Icha. Diluar sudah menunggu ayah dan ibunya yang dari raut wajahnya terlihat sangat bahagia. Maklum saja, putrid pertama dan satu-satunya akan menjadi pengantin seminggu lagi. Icha menemui ayah ibunya, sungkem dan kemudian kembali ke kamarnya melanjutkan mengepaki barang-barangnya.
Setelah selesai mengepak Icha pamitan ke mbak Nita dan semua penghuni kos. Entahlah, seakan ada yang janggal di hatinya, itu terpancart dari raut mukanya yang terlihat bahagia, tapi jika diamati lebih dalam terlihat sangat jelas aura kebingungan dan kesedihan di dalamnya. Hmmm, mungkin memang itu yang dialami semua calon pengantin.
Di dalam mobil, ibu mengamati wajah Icha baik-baik. “Kamu kenapa nak?kok kelihatannya sedih gitu?” Tanya ibu. Icha menoleh dan tersenyum tipis.
“Tidak ada apa-apa bu” Ucap Icha berusaha setenang mungkin. Ibu tersenyum tapi dalam hatinya dia yakin ada yang sedang mengganggu pikiran putrinya. Tapi ia tidak mau mendesaknya. Dari kursi depan ayah hanya menoleh sebentar dan tampaknya mempunyai pikiran yang sama dengan ibu.
Jalanan begitu lengang, tapi seakan banyak yang meneriakinya dan mencaci makinya. Icha merasakan kepalanya pusing. Diusahakannya memejamkan mata tapi kepalanya semakin terasa berputar-putar. Tiba-tiba siluet-siluet kenangan lima tahun lalu menyerbu pikirannya. Tak terasa air matanya menetes. Di usapnya sesegera mungkin agar ibu tidak tau.
Hmph hidup, haruskah selalu seperti ini?. Cinta? Haruskah selalu berakhir begini? Diri ini? Haruskah terus terpuruk begini? Andai ada yang bisa menjawab tanyaku. Andai ada yang bisa meyakinkan raguku. Andai ada yang bisa mengobati lukaku. Urgh, harap, haruskah aku padamkan agar aku tak lagi berkubang dalam kecewa? Atau haruskah aku pupuk agar aku tidak menyerah dengan semua????....

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar